- Perkuat Usaha Mustahik, BAZNAS Dukung Cici Lewat Bantuan Freezer untuk Gerai Z-Chicken
- Inovasi Petani Mustahik di Teluknaga: Bukti Peran Strategis BAZNAS dalam Pemberdayaan Umat
- Kurban, Ibadah yang Dianjurkan di Bulan Zulhijah
- Sejarah dan Tujuan Ibadah Kurban Menurut Sejarah Islam
- Bantuan BAZNAS Ubah Nuraena Jadi Mustahik Saudagar Ayam Krispi
- BAZNAS Bali dan Komunitas Kemanusiaan Bantu Tangani Jenazah Telantar
- Kemenag NTB Luncurkan Wakaf Berbasis QRIS
- Rumah Zakat Ikut Meriahkan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025
- LAZISNU Pati Bantu Korban Puting Beliung
- LAZISNU Sidoarjo Kembali Distribusikan Bantuan Modal UMKM
Di Balik Tembok Kekuasaan: Ketika Hasrat Israel Menelan Kemanusiaan
Ilham Aidil Fitrah

Di tanah yang disebut tiga agama suci sebagai tempat yang diberkahi, ironi terbesar manusia terjadi setiap hari. Di balik pagar kawat dan pos pemeriksaan yang tak terhitung jumlahnya, ada bangsa yang terus berjuang untuk hidup, sementara yang lain terus memperluas kekuasaannya, seolah sejarah dan kemanusiaan hanyalah catatan kaki di buku politik.
Israel, yang lahir dari penderitaan panjang diaspora Yahudi dan tragedi Holocaust, kini berdiri sebagai kekuatan militer yang tak tertandingi di kawasan. Namun, seiring dengan kekuatan itu, muncul juga bayang-bayang gelap: tindakan penindasan, blokade, penghancuran rumah-rumah sipil, dan perluasan pemukiman ilegal yang terus terjadi hingga hari ini.
Rasa Tak Pernah Cukup: Kekuasaan yang Selalu Lapar
Banyak pengamat menyebut Israel sebagai negara yang rakus wilayah. Setiap jengkal tanah yang direbut dari Palestina, terutama di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sering dibungkus narasi keamanan. Namun, realitanya, permukiman-permukiman Yahudi itu tumbuh seperti jamur di musim hujan—meluas, menekan, mengusir.
Baca Lainnya :
- Dukung Evakuasi Sementara untuk Sebagian Warga Palestina, BAZNAS RI Siap Fasilitasi Perawatan di Ind0
- Jurnalisme Profetik di Era Digital: Mengembalikan Kepercayaan Publik di Tengah Krisis Media0
- Sedekah 10 Malam Terakhir Ramadhan: Waktu Terbaik Meraih Pahala Berlipat0
- Badan Amil dan Zakat Internasional: Peran, Fungsi, dan Tantangannya0
- Kajian Zakat Fitrah: Hukum, Waktu, dan Cara Pembagiannya0
Apakah itu hanya soal keamanan? Atau ada hasrat yang lebih dalam: keinginan untuk menguasai total wilayah yang dahulu dijanjikan secara historis dan religius?
"Israel tidak hanya ingin tanah, mereka ingin pengakuan total dan dominasi penuh," kata seorang aktivis HAM internasional yang telah bekerja bertahun-tahun di Gaza. “Mereka ingin Palestina ada tanpa benar-benar ada.”
Normalisasi Kekejaman dan Dunia yang Bungkam
Ketika rumah-rumah warga Gaza hancur dalam hitungan detik oleh rudal presisi tinggi, Israel menyebutnya "tindakan defensif". Tapi siapa yang benar-benar mereka lawan? Anak-anak? Ibu-ibu yang menunggu air bersih? Atau generasi muda yang bahkan tak pernah tahu arti 'jalan bebas hambatan' karena hidup mereka dibatasi dari lahir?
Dunia, dengan segala sorotan kamera dan pidato diplomatiknya, seringkali hanya mengangkat bahu. Bahkan negara-negara yang dulu vokal kini memilih jalur "damai" lewat bisnis dan investasi—melupakan darah yang masih membasahi tanah Gaza.
Egoisme yang Diwariskan Lewat Politik dan Narasi
Pendidikan di Israel mengajarkan soal bahaya anti-Semitisme dan pentingnya mempertahankan negara Yahudi. Namun, di sisi lain, banyak warganya yang tumbuh tanpa pernah tahu kisah seorang anak Palestina yang kehilangan keluarganya di balik tembok yang sama. Narasi yang dibangun sepihak ini menumbuhkan generasi yang melihat kekuasaan sebagai hak mutlak—dan kemanusiaan sebagai pilihan, bukan kewajiban.
Akhir yang Masih Terlalu Jauh
Apa yang membuat sebuah bangsa bisa begitu percaya bahwa tanah harus dimiliki dengan paksa? Bahwa rasa aman hanya bisa dicapai dengan menginjakkan kaki di leher bangsa lain? Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin belum punya jawaban, tapi yang pasti: selama kekuasaan lebih penting dari keadilan, Palestina akan terus menangis dalam diam.
Dan selama dunia masih memilih diam, kekuasaan akan terus merasa benar.