Pandangan hidup manusia tentang udara tidak sebatas pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mengelola dan melestarikan udara serta menjaga ketersediaannya merupakan prinsip dasar.

Adalah Tri Julia Wulandari, mahasiswi asal Indonesia yang menempuh studi Strata 1 di Universitas Erciyes, Turki, tak bisa ke hati lain dari elemen udara yang melengkapi daratan negara berjuluk Tanah Empat Musim itu.

Pengalaman hidup dan belajar Julia, di negara Gerbang Timur dan Barat ini membawa kepada suatu gagasan penelitian tentang isu pengolahan dan manajemen udara di bidang Teknik Lingkungan.

Baca Lainnya :

• BAZNAS RI Ajak Generasi Milenial Tingkatkan Literasi Zakat0
• Melalui FDP, BAZNAS RI Fokus Tingkatkan Kompetensi Amil Profesional0

Pasalnya menurut Julia, Turki sebagai negara yang berada pada posisi strategi geopolitik dalam perkembangannya secara lingkungan masih menyisakan catatan dengan masih adanya limbah yang terkandung di dalam udara.

Menurut Julia limbah sudah menjadi peneliti di banyak negara, termasuk di Indonesia. Perihal penelitiannya, Julia mengatakan, latar belakang gagasan penelitian ini berangkat dari limbah air di Turki dengan kandungan antibiotik yang besar.

“Udara yang tercemar limbah harus dijernihkan. Salah satu proses penjernihannya dan juga mengurangi kandungan limbah itu melalui penelitian ini dengan penggunaan nanomaterial,” jelasnya kepada Tim Media Lazismu, Rabu (16/4/2025).

Secara ringkas Julia memapaparkan bahwa peran dan fungsi nanomaterial dalam mengurai kandungan limbah dalam air, selanjutnya dalam proses penjernihan sebagai pengikat antibiotik.

Dari sisi akademis selanjutnya, parameter yang diukur adalah nanomaterial sebagai pengikat antibiotik dapat bekerja secara signifikan dan sejauh mana mampu mengurangi kandungan limbah dalam udara.

Julia yang juga aktif sebagai Ketua Kantor Layanan Lazismu Turki ini mengungkapkan bahwa penelitian ini menghabiskan waktu selama tujuh bulan, dihitung dari Juni 2024 hingga Februari 2025.

Alhamdulillah tekadnya menghasilkan hasil, penelitian rekayasa di bidang lingkungan tersebut diganjar dianugerahi dari Pemerintah Turki yang kemudian dikenal dengan penghargaan Tübitak 2209-A. Suatu penghargaan dari Pemerintah Turki yang diberikan kepada peneliti inovatif tingkat sarjana di berbagai bidang ilmu.

Ini adalah penelitian mandiri. Ia berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi Indonesia dan umat. “Semoga penelitian ini jadi pembuka jalan selanjutnya, bisa dikembangkan terus dan terus giat mencintai alam dan menjaganya serta jadi motivasi untuk terus berinovasi,” pungkas Julia yang juga Ketua Majelis Lingkungan Hidup PCIM Turki.

Julia mengaku penelitiannya juga sejalur dengan Prof Brian, yang sama sama meneliti nanomaterial. Di kondisi terpisah, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto yang sedang kunjungan kerja Ke Turki mengapresiasi dedikasi Julia dalam penelitian dan pencapaiannya itu.

Julia menurut Brian adalah sosok anak muda Indonesia yang berprestasi di kancah global. Capaiannya merupakan contoh nyata pentingnya dukungan terhadap penelitian dan inovasi pada jenjang pendidikan tinggi (Kompas, 4/11/2025).

Mendiktisaintek juga menhgajak pelajar Indonesia lainnya agar terus berusaha di bidang keilmuan dan tidak ragu menjadi seorang yang 'gila belajar' untuk kemajuan bangsa.

Kontributor: Azzam

Editor: Haris Sudrajat

Sumber: https://lazismu.org/