Sebuah perumahan baru yang dibangun untuk menyediakan perlindungan bagi warga Suriah yang terkena dampak perang saudara secara resmi dibuka di Suriah barat laut pada Kamis.

"Kota Harapan" dibangun melalui kolaborasi Qatar Charity dan Yayasan Bantuan Kemanusiaan IHH Turkiye, dan akan menampung sekitar 10.000 orang.

Upacara pembukaan di kota Azez dihadiri oleh beberapa tokoh penting, termasuk Maryam binti Ali bin Nasser Al Misnad, menteri negara untuk kerja sama internasional Qatar, wakil menteri dalam negeri Türkiye Munir Karaoglu, walikota Gaziantep Fatma Sahin, dan perwakilan lain dari kedua pemerintah dan organisasi kemanusiaan.

Baca Lainnya :

• Respon Risiko Gempa, IHH Intensifkan Latihan Penanggulangan Bencana 0
• Mahasiswa Universitas Bath Inggris Tuntaskan Magang di IHH 0
• Tradisi Perayaan Idul Adha di Arab Saudi0
• Di Balik Tembok Kekuasaan: Ketika Hasrat Israel Menelan Kemanusiaan0
• Dukung Evakuasi Sementara untuk Sebagian Warga Palestina, BAZNAS RI Siap Fasilitasi Perawatan di Ind0

"Kami gembira bisa bersama rakyat Suriah, yang kami anggap sebagai bagian dari keluarga kami. Hari ini, kami meresmikan Kota Harapan. Sama seperti sebelumnya, kami mendukung rakyat Suriah yang tengah berjuang untuk kebebasan," kata Misnad.

Karaoglu menekankan dukungan berkelanjutan Turkiye di berbagai sektor di Suriah, termasuk tempat penampungan, bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan layanan kesehatan. “Pembukaan Kota Harapan hari ini merupakan contoh konkret dari upaya kami.”

Proyek ini, yang dibangun di lahan seluas 280 hektar, terdiri dari sembilan lingkungan dan menawarkan berbagai layanan penting, termasuk 1.400 unit rumah, empat sekolah, sebuah masjid, sebuah kompleks olahraga, sebuah klinik, sebuah aula konferensi, dan sebuah pasar dengan 50 toko.

“Kota ini merupakan hadiah bagi rakyat Suriah yang telah menderita selama 14 tahun akibat perang yang brutal dan terpaksa mengungsi,” kata Yousef Al-Kuwari, CEO Qatar Charity.

Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim menguasai Damaskus bulan lalu, mengakhiri kekuasaan keluarganya selama puluhan tahun.

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Ahmed Al-Sharaa, yang kini menjadi presiden transisi, telah mengambil alih kendali negara yang dilanda perang tersebut.

Dia mendesak pencabutan sanksi untuk memulihkan diri dari perang saudara yang telah berlangsung hampir 14 tahun.