- Filantropi India-Amerika: Tradisi Menabur Perubahan dan Menginspirasi Berbagi
- Agar Produktif dan Melek Teknologi, Pemerintah Hadirkan Program Sekolah Lansia
- Kemenag Dorong Lebih Banyak Perempuan Ikut Beasiswa Indonesia Bangkit
- Ivan Gunawan dan BAZNAS Bawa Langsung Rp 2 M Donasi Palestina ke Mesir
- Hari Tani Nasional: Filantropi Islam untuk Kedaulatan Pangan
- Memperkuat Demokrasi melalui Ziswaf
- Mendamaikan Dunia dengan Filantropi Islam
- Saudara Sepersusuan: Hukum dan Batasannya Menurut Islam
- Destana Kembang dan Rumah Zakat Gelar Aksi Jaga Mangrove
- IZI Ringankan Biaya Pengobatan Ghaitsa, Pejuang Kecil Down Syndrome
Zakat yang Mempertemukan Kembali
Wanda

Keterangan Gambar : Foto: Asistensi AI
Di sebuah
kota kecil, hidup dua saudara, Fajar dan Rizal. Keduanya sama-sama pedagang
sukses, namun perbedaan pandangan tentang zakat membuat hubungan mereka
renggang. Fajar rutin menyalurkan zakatnya melalui lembaga resmi, sementara
Rizal memilih membagikannya langsung kepada orang-orang terdekat.
Suatu hari,
warga miskin di sekitar mereka mengeluh karena bantuan yang diterima tidak
merata. Ada yang kebagian berlebih, ada yang sama sekali tidak tersentuh. Warga
pun mulai menyalahkan Fajar dan Rizal. Konflik memuncak, hingga mereka saling
tuduh di depan keluarga.
“Zakatmu hanya cari nama!” bentak Rizal.
“Dan zakatmu membuat orang berebut tanpa aturan!” balas Fajar.
Pertengkaran
itu membuat hubungan keluarga retak. Ibu mereka hanya bisa menangis melihat dua
anaknya tak lagi bicara.
Baca Lainnya :
- Sedekah yang Memadam Api Serakah 0
- Menjahit yang Terkoyak 0
- Rezeki yang Terbagi, Hati yang Tersambung0
- Lumbung Perdamaian0
- Berkah yang Terselubung0
Hingga suatu
ketika, seorang anak yatim sakit parah dan membutuhkan biaya pengobatan besar.
Warga bingung, karena zakat yang terserak tidak cukup untuk membantu. Saat
itulah Fajar dan Rizal tersentak. Mereka sadar, selama ini hanya memperdebatkan
cara, bukan tujuan.
Akhirnya,
keduanya duduk bersama. Fajar mengusulkan agar sebagian zakat tetap disalurkan
melalui lembaga agar teratur, dan sebagian lagi diberikan langsung untuk
kebutuhan mendesak. Rizal menyetujui dengan hati lapang.
Mereka lalu
menggabungkan dana zakat, membantu anak yatim itu hingga sembuh. Sejak saat
itu, Fajar dan Rizal berdamai, bahkan mendirikan program zakat keluarga yang
dikelola secara profesional sekaligus penuh kasih.
Konflik
mereka menjadi pelajaran: zakat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga jembatan
persaudaraan, yang menyatukan hati dan menghapus pertikaian demi kebaikan
bersama.